MEMPERBAIKI PENATAAN ARSIP
Pengarsipan adalah
kegiatan sederhana yang dapat dilakukan oleh setiap karyawan. Umumnya mereka
mendapatkan penugasan tanpa penjelasan detail tentang bagaimana cara melakukan
arsip data dan bukti transaksi. Karyawan banyak belajar dari pengalamannya
dalam memenuhi permintaan data yang perlu diambil dari arsip yang di
fillingnya. Mereka mengubah pengarsipannya manakala menghadapi hambatan dalam
memenuhi permintaan dari pihak yang membutuhkan. Mereka menetapkan prioritas
siapa yang perlu mendapatkan pelayanan lebih dulu. Sistem fillingpun
disesuaikan dengan kebutuhan tersebut.
Bila ditelaah lebih
dalam, melalui survey dan analisa masalah dari sistem filling dan arsip data
maka banyak ditemukan kondisi filling yang dapat diperbaiki. Melalui perbaikan
ini diharapkan terjadi peningkatan dalam pelayanan bagi pihak yang membutuhkan.
Kadang kita menemukan arsip dari bukti-bukti transaksi yang kadang perlu
disimpan dalam jangka waktu cukup panjang, tetapi kondisi ujung lubangnya sudah
sobek. Penataan arsip menjadi tidak rapi. Kadang dalam menggunakan pembolong
(perforator, alat untuk membuat lubang kertas), karyawan perlu diberikan
pengarahan tentang bagaimana caranya. Membuat lubang kertas juga tidak tepat
ditengahnya. Bagaimana cara merapikan kertas atau bukti transaksi yang tidak
sama ukurannya.
Lebih banyak kasus,
karyawan yang tidak memahami tentang maksud dari bukti transaksi atau dokumen
diberikan nomor (dengan menggunakan numerator, nomor urut bukti dibuat). Mereka
melakukan filling berdasar atas pengelompokkan kebutuhan berdasar atas kasus
permintaan atas data arsip. Ada pula yang membuat copy data arsip dan melakukan
pengarsipan tersendiri karena sering mendapat teguran dari Direksi karena
kurang cepat dalam memenuhi permintaan beliau. Ada juga yang membuat sistem
filling yang sama persis bagaimana data tersebut didokumentasikan oleh bagian
lain. Tentunya tindakan ini adalah pemborosan.
Apabila dilakukan
pemeriksaan lebih detail lagi, maka banyak data yang dipinjam bagian yang membutuhkan
tidak kembali. Arsip data transaksi tidak lengkap. Untuk kondisi dibagian
accounting, kasus ini jarang terjadi. Tetapi berkaitan dengan desain, kalkulasi
harga dan persetujuan serta koreksi harga banyak terjadi kasus filling arsip
yang demikian. Nomor bukti tidak dijadikan pedoman untuk bisa melakukan kontrol
atas bukti yang belum kembali dari peminjamnya. Lebih baik menggunakan bukti
serah terima peminjaman arsip sehingga tidak ada arsip yang tidak terkontrol
pengembaliannya. Dalam mengembalikan arsip dalam sistem fillingnya juga tidak
tertib karena ada sebagian arsip yang bernomor urut ada pula yang hilang nomor
urutannya.
Tentu saja kondisi
arsip yang demikian akan membuat karyawan bervariasi waktunya dalam mencari
data yang dibutuhkan. Semakin besar variasi waktu yang dibutuhkan maka semakin
besar peluang untuk dilakukan perbaikan bidang arsip data. Sistem pengarsipan
ini dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab sendiri, dan hanya dia yang
bisa mencari arsip data yang dibutuhkan. Pihak lain akan mengalami kesulitan
untuk mencari arsip data yang dibutuhkan. Apabila tak kunjung menemukan maka
teriakan, marah, teguran akan ditujukan pada karyawan yang diminta untuk menyiapkan
data yang dibutuhkan.
Dalam menata arsip,
hal yang paling utama perlu dilakukan adalah mengetahui sistem dan prosedur
bagaimana data tersebut diterima, di arsip, dan diminta kembali. Setelah
memahami sistemnya, maka langkah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
dokumen tersebut dapat dikontrol, apakah ada penanda khusus sehingga setiap
orang bisa mencari, mengambil maupun mengembalikan. Kemudian hal yang tak kalah
penting adalah untuk keperluan siapa data atau arsip ini biasa digunakan,
bagaimana arsip ini dibutuhkan sehingga kita bisa menata data arsip menjadi
satu dan lebih ringkas. Penanda apakah yang dibutuhkan agar kecepatan mencari
arsip dapat dijamin dan variasi waktu dalam mencari dapat distandarisasi.
Bagaimana sistem penyimpanan elektronik dapat membantu meringkas dan
mempercepat karyawan dalam mencari data yang dibutuhkan.
Setelah ditetapkan
sistem pengarsipan yang dibutuhkan maka tahap berikutnya adalah menyusun data
arsip dengan sistem filling yang telah ditetapkan. Sosialisasi kepada karyawan
dibutuhkan untuk melakukan uji keandalan sistem pengarsipan, dimana sangat
dimungkinkan akan ada masukan untuk penyempurnaan sistem pengarsipan. Kemudian
dilakukan uji coba pencarian arsip secara acak dan dilakukan oleh karyawan yang
bukan menjadi penanggung jawab arsip. Target waktu adalah di bawah 3 menit.
Setelah terbukti, maka tahap berikutnya adalah melakukan pembiasaan cara kerja
yang telah ditetapkan dan teruji. Apabila ingin dibuatkan Standart Operating
Procedurnya, SOP cara kerjanya maka dilakukan setelah sistem telah teruji.
Berbagi untuk
datangkan manfaat, Salam Sukses Selalu
Drs.Psi. Reksa Boeana
Executive Partner PT. Smart Business Solution
konsultasi
hubungi : 08563221722 dapatkan peluang passive income 20%
materi
active learning : http://www.activelearningsolution.blogspot.com
Pelatihan
efisien efektif : https://activelearning.site
hal ini merujuk kepada online learning https://activelearning.site yang membahas permasalahan serupa, dengan metode active learning permasalahan2 yang ada akan terselesaikan
BalasHapus