Banyak perusahaan yang telah menerapkan SOP (Standart
Operating Procedure) belum merasakan terjadinya peningkatan kinerjanya.
Permasalahan salah dalam pengiriman barang juga masih terjadi. SOP dalam
penyiapan dan pengiriman barang telah dibuat. Pelatihan pemahaman prosedur
telah diberikan. Pihak HRD juga berperan aktif dengan memberikan tes tertulis
untuk mengukur pemahaman karyawan terhadap prosedur. Setiap kejadian salah
kirim barang, dilakukan evaluasi atas kepatuhan karyawan terhadap SOP. Penanggung
jawab gudang tidak menemukan penyimpangan yang dilakukan petugas gudang atas
standart pedoman kerjanya (SOP).
Kesibukan dan beban kerja serta banyaknya pekerjaan mendesak
yang perlu diselesaikan maka penanggung jawab gudang tidak terlalu banyak waktu
untuk melakukan analisa atas detail SOP yang ada. Peneguran yang disampaikan ke
karyawan juga bukan solusi yang tepat karena belum diketahui apa yang menjadi
faktor penyebab kesalahan pengiriman ini terjadi. Petugas Gudang sudah mematuhi
SOP yang ditetapkan sebagai petunjuk kerja.
Setelah kami lakukan analisa mengenai SOP yang telah dibuat,
maka kami menyimpulkan bahwa SOP dibuat kurang detail, SOP dibuat karena untuk
memenuhi ketentuan dari tuntutan atas sertifikasi sistem manajemen mutu yang
diterapkan perusahaan, SOP tidak dibuat atas perbaikan kinerja yang telah
dilakukan oleh pihak gudang atas keberhasilannya dalam memberikan pelayanan
yang memuaskan pelanggannya. SOP dibakukan atas cara kerja yang telah menjadi
kebiasaan pekerja dalam melakukan pengeluaran dan pengiriman barang.
Bersama manager gudang dan bagian terkait, kami mempelajari
proses kerja yang menjadi faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam pengiriman
barang. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penempatan barang ketika barang
diterima di gudang sangat kecil. Hal ini dikarenakan dalam menempatkan barang
telah ada petugas khusus dalam menempatkan barang dan mereka dilengkapi dengan
kertas kerja penempatan barang. Setelah menempatkan barang mereka mengisi
kertas kerja penempatan barang. Jumlah barang yang ditempatkan jugadalam jumlah
banyak, tentunya mereka mengambil sikap hati-hati dalam menempatkan barang.
Hasil laporan kertas kerja penempatan dilakukan pengecekan oleh pengawas
gudang. kami melakukan pemeriksaan atas bukti laporan selama 3 bulan, seluruh
laporan telah ditanda tangani oleh pengawas.
Sistem penerimaan dan pengeluaran barang juga telah
menggunakan sistem berbasis komputer. Setiap item barang telah diidentifikasi
alamat lokasi penempatannya. Penyiapan barang dibuatkan Delivery Order (DO)
sebagai perintah menyiapkan barang dan telah mencantumkan alamat penempatan
barang yang harus diambil oleh petugas gudang. tentunya sistem ini sudah cukup
bagus dalam mengidentifikasi alamat pengambilan barang dan mengurangi kesalahan
pengambilan barang.
Evaluasi dilanjutkan pada penempatan barang secara fisik
dilokasi rak penempatan. Tidak ditemukan adanya penyimpangan dalam penempatan
barang dalam jumlah besar. Hal ini sebagai petunjuk bahwa penempatan barang
yang dilakukan oleh penata barang di rak cukup baik. Kertas kerja penempatan
barang cukup efektif. Namun ada kasus barang tidak ditempat lokasi rak
penempatannya. Jumlah barang tersebut bukan jumlah besar. Pengambilan barang
telah merujuk pada alamat penempatan barang yang tertera di DO. Tentunya cukup
jelas bagi petugas penyiapan barang. Kesalahan tentunya pada sistem penataan
barang. Item barang dari berbagai ukuran dan penempatannya diurutkan
berdasarkan ukuran barang. Kedalaman rak cukup dalam sehingga untuk
optimalisasi penempatan di buat 2 sab penempatan item barang. Kemungkinan salah
ambil dapat terjadi karena sistem penempatan yang kurang membuat perbedaan
(kontras).
Permasalahan tercampurnya barang dalam jumlah kecil menjadi
perhatian. Sistem pengecekan telah dilakukan oleh tenaga khusus yang telah
bekerja lebih dari 8 tahun. Mereka terpilih sebagai checker karena sikapnya
sabar, positif dan teliti. Keterangan yang diberikan oleh HRD, dilakukan
psikotes dalam penempatan tenaga kerjanya. Barang yang tidak sesuai dengan
pesanan ditempatkan dilokasi berbeda dan meminta petugas pengambil barang untuk
mengambil kekurangan atas barang yang salah ambil. Setelah selesai menyiapkan
barang, pengambil barang diminta untuk mengembalikan barang yang salah ambil ke
lokasi penempatannya. Disinilah titik sumber permasalahannya, dimana pihak
manajemen tidak dapat menjamin dan mampu menelusuri kejadian salah dalam
menempatkan barang. Melalui kesepakatan maka diatur kembali job description
masing-masing petugas gudang agar jelas pengukuran atas hasil kerjanya.
Dilakukan pengamatan dan pengukuran atas perubahan sistem
penataan dan pembagian tugas. Setelah diukur selama 3 bulan dan tidak muncul
kembali kesalahan dalam pengiriman barang maka sistem cara kerja telah baku
dengan cara terbaik. Kemudian sistem kerja terbaik ini dibakukan dalam bentuk
Standart Operating Procedure (SOP).
Demikian yang bisa kami sharingkan kepada rekan pembaca,
berbagi untuk mendatangkan manfaat.
Drs.Psi.Reksa Boeana
Executive Partner PT. Smart Business Solution.
konsultasi hubungi : 08563221722
dapatkan peluang passive income 20%
materi
active learning : http://www.activelearningsolution.blogspot.com
Pelatihan
efisien efektif : https://activelearning.site
it's a good article, can certinly be applied to other than warehousing management?
BalasHapus